MANDALA
“Saya
panggil Mandala saja ya? Ku suka nama itu” kata seorang teman pada suatu hari
ketika kita sama2 ngantri di depan toilet kampus. “wuih kenapa pake nama
Mandala?” kata teman yang lainnya. Ada yang bahkan bilang “pasti orang tua kamu
kagum ya sama Soeharto? Kan nama anaknya Hotomo Mandala Putra”. Ada juga
seorang dosen ketika mengabsen selalu menyebut “Suryati Mandala Putri”.
Pikirnya pasti lagi2 ke Hutomo Mandala Putra.
Begitulah
reaksi beberapa orang teman bahkan dosen pada nama belakang saya atau lebih
tepatnya marga atau kata orang Kupang/Rote “fam”. Yah, bagi orang Rote
khususnya, marga atau “fam” merupakan suatu keharusan. “Fam” merupakan
identitas seseorang di masyarakat, dari keturunan keluarga siapa, dan dari suku
mana. Kalau di Kupang yang notabenenya menampung semua suku dan etnis di NTT
dan luar NTT, orang Rote akan mudah dikenal dari fam-famnya. Misalnya Panie,
Pandie, Bessie, Mesakh (pernah dengar artis tahun 80an Obie Mesakh?), Ndun,
Ndoen, Yohanes (kalau yg di Jogja tau jalan Yohanes atau ejaan dulunya
Johannes? Beliau mantan rektor UGM yang namanya diabadikan untuk jalan di
sekitar kampus UGM) dan masih banyak fam lainnya di Rote. Selain itu, entahlah
ada ciri tersendiri yang selalu disematkan untuk “nona-nona” Rote (eits…..
stop. Cerita tentang ini laen kali sa e. Sonde nyambung). Makanya mau tersebar
sampai ke ujung dunia manapun, sesame orang Rote pasti mengenal satu sama lain
dari fam mereka. Begitupun ketika di social media, begitu kita ketik salah satu fam
di kotak cari orang, tempat, dan hal lainnya, maka aka bemunculan deretan nama
dengan fam yang sama. Kenalan deh sama sepupu, keponakan, To’o, te’o, ti’i dan
segala macam jenis hubungan kekerabatan.
Fam
bagi orang Rote juga penting mengingat ada larangan yang tidak memperbolehkan
orang yang berada di dalam satu suku untuk menikah (pernah dengar dari oma-opa
sih). Tapi jujur saya lupa dengan “fam-fam” apa saja kami (Mandala) memiliki hubungan
kekerabatan (begini nih kalau orang tua menjelaskan tidak pernah diserap.
Hehehe. Peace oma, opa, to’o, te’o yg pernah menjelaskan panjang lebar). Saya
sendiri juga tidak pernah menanyakan
kenapa semua keturunan keluarga kami menggunakan Mandala sebagai “fam” kami.
Yang
pastinya saya bilang ke teman-teman bahwa Mandala yang ada pada nama belakang saya
tidak ada hubungannya dengan kekaguman orang tua saya terhadap almarhum
Soeharto, artis Mandala Abadi Soji, pesawat Mandala airlines, atau nama apapun
yang ada Mandalanya. Jangan panggil saya Mandala juga karena itu bukan
panggilan. Kami akan sedikit tersinggung ketika dipanggil dengan “fam” atau
marga kami.
O
iya pernah beberapa kali waktu masuk kampus ada beberapa mobil berwarna kuning
yang parker di sekitar danau. Tulisannya menarik perhatian saya. Sekali lagi
ini tentang Mandala.“BUTUH DANA CEPAT? KE MANDALA SAJA”.