Senin, 21 April 2014



MANDALA
“Saya panggil Mandala saja ya? Ku suka nama itu” kata seorang teman pada suatu hari ketika kita sama2 ngantri di depan toilet kampus. “wuih kenapa pake nama Mandala?” kata teman yang lainnya. Ada yang bahkan bilang “pasti orang tua kamu kagum ya sama Soeharto? Kan nama anaknya Hotomo Mandala Putra”. Ada juga seorang dosen ketika mengabsen selalu menyebut “Suryati Mandala Putri”. Pikirnya pasti lagi2 ke Hutomo Mandala Putra.
Begitulah reaksi beberapa orang teman bahkan dosen pada nama belakang saya atau lebih tepatnya marga atau kata orang Kupang/Rote “fam”. Yah, bagi orang Rote khususnya, marga atau “fam” merupakan suatu keharusan. “Fam” merupakan identitas seseorang di masyarakat, dari keturunan keluarga siapa, dan dari suku mana. Kalau di Kupang yang notabenenya menampung semua suku dan etnis di NTT dan luar NTT, orang Rote akan mudah dikenal dari fam-famnya. Misalnya Panie, Pandie, Bessie, Mesakh (pernah dengar artis tahun 80an Obie Mesakh?), Ndun, Ndoen, Yohanes (kalau yg di Jogja tau jalan Yohanes atau ejaan dulunya Johannes? Beliau mantan rektor UGM yang namanya diabadikan untuk jalan di sekitar kampus UGM) dan masih banyak fam lainnya di Rote. Selain itu, entahlah ada ciri tersendiri yang selalu disematkan untuk “nona-nona” Rote (eits….. stop. Cerita tentang ini laen kali sa e. Sonde nyambung). Makanya mau tersebar sampai ke ujung dunia manapun, sesame orang Rote pasti mengenal satu sama lain dari fam mereka. Begitupun ketika di social media, begitu kita ketik salah satu fam di kotak cari orang, tempat, dan hal lainnya, maka aka bemunculan deretan nama dengan fam yang sama. Kenalan deh sama sepupu, keponakan, To’o, te’o, ti’i dan segala macam jenis hubungan kekerabatan.
Fam bagi orang Rote juga penting mengingat ada larangan yang tidak memperbolehkan orang yang berada di dalam satu suku untuk menikah (pernah dengar dari oma-opa sih). Tapi jujur saya lupa dengan “fam-fam” apa saja kami (Mandala) memiliki hubungan kekerabatan (begini nih kalau orang tua menjelaskan tidak pernah diserap. Hehehe. Peace oma, opa, to’o, te’o yg pernah menjelaskan panjang lebar). Saya sendiri juga tidak  pernah menanyakan kenapa semua keturunan keluarga kami menggunakan Mandala sebagai “fam” kami.
Yang pastinya saya bilang ke teman-teman bahwa Mandala yang ada pada nama belakang saya tidak ada hubungannya dengan kekaguman orang tua saya terhadap almarhum Soeharto, artis Mandala Abadi Soji, pesawat Mandala airlines, atau nama apapun yang ada Mandalanya. Jangan panggil saya Mandala juga karena itu bukan panggilan. Kami akan sedikit tersinggung ketika dipanggil dengan “fam” atau marga kami.
O iya pernah beberapa kali waktu masuk kampus ada beberapa mobil berwarna kuning yang parker di sekitar danau. Tulisannya menarik perhatian saya. Sekali lagi ini tentang Mandala.“BUTUH DANA CEPAT? KE MANDALA SAJA”.